Selasa, 06 September 2016

Tips merawat mobil warna putih agar tetap MULUS / KINCLONG

Perawatan untuk mobil berwarna putih juga tergantung pada umur mobil itu sendiri. Tentu saja untuk mobil putih baru perawatannya jauh lebih mudah karena cat mobil tidak perlu dikembalikan seperti kondisi semula (di-restore).
Untuk melakukan perawatan pada mobil baru gunakan metode menggunakan dua ember; ember yang satu berisi sabun untuk mencuci dan membersihkan kotoran, sedangkan ember yang lain berisi air bersih untuk membasuh atau membilas. Kesalahan yang biasanya seringkali terjadi adalah menggunakan satu ember, baik untuk mencuci dan membasuh mobil. Mencuci dan membilas dengan menggunakan satu ember bisa menyebabkan baret halus pada cat mobil.
Penting juga untuk diperhatikan bahwa cat warna putih pada mobil sangat rentan terhadap baret halus yang bisa membuat warnanya menjadi lebih cepat kusam. Namun, untuk mobil dengan pembuatan tahun 2005 ke atas, jika perawatannya dilakukan dengan baik dan benar, sampai lima tahun ke depan pun akan tetap kelihatan putih mulus dan kinclong.
Saat hendak mencuci mobil, dianjurkan untuk menggunakan lap khusus mobil (wash mitt) untuk mengurangi debu dan kotoran yang menempel. Karena jika menggunakan spon biasa, butiran-butiran kecil seperti pasir terkadang masih terserap ke dalam spon yang akhirnya bisa menyebabkan baret halus pada cat mobil.
Gunakanlah sabun yang tingkat keasamannya netral (PH balance-nya netral). Untuk mobil yang sudah mengalami proses wax, sebaiknya menggunakan sabun yang juga mengandung wax. Sabun ini banyak tersedia di pasaran dengan berbagai merek ternama.
Setelah mobil dicuci, yang juga perlu mendapat perhatian adalah pada saat proses pengeringan. Saat melakukan proses pengeringan ini, sebaiknya menggunakan lap yang berbahan microfiber, dan hindari penggunaan lap chamois. Penggunaan lap tersebut  berfungsi untuk menghindari potensi terjadinya baret, sama seperti lap wash mitt.
Pada saat proses pengeringan, pastikan hingga benar-benar tidak ada air yang tersisa. Karena biasanya masih ada air yang tersisa yang terdapat di tepi kaca spion atau komponen mobil yang beraksen krom atau silver. Biasanya sisa air ini akan menetes ketika mobil dijalankan dan akan membentuk jalur air di saat bercampur dengan debu.
Nah, itulah beberapa tips merawat mobil berwarna putih yang baik dan benar yang bisa Anda lakukan. Semoga dengan adanya artikel tersebut di atas bermanfaat dan bisa membantu mewujudkan mobil warna putih Anda agar tetap tampil putih mulus dan kinclong.

Jumat, 29 April 2016

MANUSIA DAN KEADILAN

Pengertian Keadilan, Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Contoh Keadilan:
Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.

Makna Keadilan
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah PANCASILA menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain,  ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
sila Ketiga, Persatuan Indonesia;  menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan;  mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing
sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

KEADILAN SOSIAL
Seperti pancasila yang bermaksud keadilan sosial adalah langkah yang menetukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.
5  Wujud keadilan sosial yang diperinci dalam perbuatan dan sikap:
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan               kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

BERBAGAI MACAM KEADILAN
a)   Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
b)   Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally) Sebagai contoh: Ali bekerja 10 tahun dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp.100.000,-maka Budi harus menerima Rp. 50.000,-. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
c)   Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Contoh :
Dr.Sukartono dipanggil seorang pasien, Yanti namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Yanti menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr. sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi karena dr. sukartono sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah tangga. Karena Dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan Yanti merusak rumah tangga Dr.Sukartono.

KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.

KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya hidup menderita.

Sebab-Sebab Seseorang Melakukan Kecurangan
Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ada empat aspek yaitu:
1.      Aspek ekonomi
2.      Aspek kebudayaan
3.      Aspek peradaban
4.      Aspek tenik
Apabila ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan. Tentang baik dan buruk Pujowiyatno dalam bukunya "filsafat sana-sini" menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan perbuatan curang, misalnya berbohong, menipu, merampas, memalsu dan lain-lain adalah sifat buruk. Lawan buruk sudah tentu baik. Baik buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia. Pada diri manusia seakan –akan ada perlawanan antara baik dan buruk. Baik merupakan tingkah laku, karena itu diperlukan ukuran untuk menilainya, namun sukarlah untuk mengajukan ukuran penilaian mengenai halyang penting ini. Dalam hidup kita mempunyai semacam kesadaran dan tahulah kita bahwa ada baik dan lawannya pada tingkah laku tertentu juga agak mudah menunjuk mana yang baik, kalau tidak baik tentu buruk.

SUMBER :
http://ilmubudayadasarardhi.blogspot.co.id/2012/11/manusia-dan-keadilan.html
https://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-keadilan-bab7/

Senin, 21 Maret 2016

Manusia Dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih


A. Pengertian Cinta Kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diatikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai. Cinta samasekali bukan nafsu. Perbedaan antara cinta dengan nafsu adalah sebagai berikut:
1.Cinta bersifat manusiawi
2.Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
3.Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut.
Cinta juga selalu menyatakan unsur - unsur dasar tertentu yaitu:
1.Pengasuhan, contohnya cinta seorang ibu kepada anaknya.
2.Tanggung jawab, adalah tindakan yang benar – benar bedasarkan atas suka rela.
3.Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain, agar mau membuka dirinya.
4.Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.
 Cinta Menurut ajaran Agama
Mungkin bisa dikatakan bahwa cinta adalah hal yang sangat berarti bagi diri kita sepanjang hidup kita , kasih dimana sesuatu yang memiliki hal yang sangat berarti untuk saling mengasihi antara sesame manusia. Bila kata cinta dan kasih digabungkan menjadi satu menjadi cinta kasih ,akan menjadi kata yang sangat bermakna bagi hidup kita. Cinta sendiri sangat sakral bagi hidup kita saling mencintai , saling menyayangi dan saling pengertian ,  dimana semua ini berhubungan dengan perasaan yang ada dalam hati yang timbul dari ketertarikan pada suatu lawan jenis yang menjadi ingin rasa memiliki dan menjadi sepasang yang tak ingin lepas dari sesuatu tersebut. Kasih yang menjadi pelengkap dari kata cinta yang satu sama lain saling mengasihi dan menjaga hati dengan baik . tetapi cinta jangan dilaksanakan dengan NAFSU dan GENGSI .  kenapa dengan  NAFSU dan GENGSI karena kita memilih orang tersebut bukan karena iri yang hanya mengikuti hawa nafsu saja dan malu terhadap lingkungan sekitar. Pasti anda pernah mendengar pepatah “ kalau jodoh ga kan kemana”, nah dalam hal ini bisa dikatakan kita memilih dengan sabar jangan terburu buru ,kita telaah mana yang cocok dengan diri kita. Bila kita laksanakan dengan baik , kita akan merasa nyaman dan senang. Zaman sekarang bisa dikatakan semakin ke zaman akan semakin cepat orang merasakan cinta kasih, lalu satu lagi, pacar akan menuruti kata pacarnya dibandingkan dengan orang tuanya , nah kita harus tahu betul , apakan cinta kasih kita direstui atau tidak, karena apabila tidak maka akan menjadi hubungan tidak baik
Cinta dalam agama islam. Simpang siur tentang cinta dalam agama islam , bisa diartikan sebenarnya tidak boleh dikarenakan belum muhrim , karena dalam agama islam belum boleh mencintai dan memiliki lawan jenis sebelum menikah , apabila sudah menikah , baru boleh mencintai dan meiliki.
Sebenarnya cinta dalam agama islam adalah cinta kita terhadap sang pencipta , kita cinta terhadap semua yang telah diciptakan demi meneruskan hidup di dunia yang harus kita syukuri atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita di dunia , jangan lah kau mendustai apa yang telah diberikan oleh Allah Swt , kita harus cinta melaksanakan segala apa yang telah diperintahkan dan menjauhi segala larangannnya.

KASIH SAYANG

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta, kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Apabila suatu hubungan cinta diakhiri dengan sebuah pernikahan maka hal ini akan menimbulkan perasaan yang lebh dewasa lagi dan juga menuntut agar suatu hubungan tersebut lebih bertanggung jawab, perasaan inilah yang disebut dengan kasih sayang, mengasihi, atau saling menumpahkan kasih sayang.

KEMESRAAN

Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
lKemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
lKemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
lKemesraan Manusia Usia Lanjut, Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.

Pemujaan
Pemujaan berasal dari kata puja yang berarti penghormatan atau tempat memuja kepada dewa – dewa atau berhala. Dalam perkembangannya kemudian pujaan ditujukan kepada orang yang dicintai, pahlawan dan Tuhan YME. Pemujaan kepada Tuhan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan, karena merupakan inti , nilai dan makna dari kehidupan yang sebenarnya.
Cara Pemujaan dalam kehidupan manusia terdapat berbagai perbedaan sesuai dengan ajaran agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Tempat pemujaan merupakan tempat komunikasi manusia dengan Tuhan. Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan merupakan suatu tambahan tersendiri dalam terciptanya kehidupan yang lebih indah.

Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih erotis adalah ekskluvitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih  persaudaraan dan cinta kasih ibu yang merupakan atraksi individual belaka.

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



PENGERTIAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A.  Manusia
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak  bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa
           Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain sebagainya.
           Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
1.    Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
v  Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
v  Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
v  Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
v  Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
2.    Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu:
v  Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
v  Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
v  Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
B. Hakekat  Manusia
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini. Salah satu hakekat manusia lainnya ialah manusia sebagai makhluk sosial, hidup berdampingan satu sama lain, berinteraksi dan saling berbagi.
C. Kepribadian  Bangsa  Timur
Manusia mendiami wilayah yang berbeda dan berada di lingkungan yang berbeda pula. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Kita di Indonesia termasuk ke dalam bangsa Timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa Timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang–orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian bangsa Timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama lain. Meskipun begitu, kebanyakan bangsa Timur masih tertinggal oleh bangsa Barat dan Timur Tengah.
Dalam ilmu psikologi yang notabanenya berasal dari Barat, banyak mengembangkan konsep-konsep dan teori mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode dan alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail tentang variasi jiwa individu. Tetapi, tidak terlepas dari itu semua, konsep-konsep tersebut masih kurang mengembangkan suatu konsep yang berkaitan dengan jiwa individu dan lingkungan sosial budaya.
Oleh karena itu, Francis L.K Hsu seorang sarjana Amerika keturunan Cina, mengembangkan suatu konsepsi tentang jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya, yang ia sebut sebagai Bagan Psiko-Sosiogram Manusia atau delapan daerah seperti lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Keterangan:
Nomor 7 dan 6 disebut sebagai daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri. Sub sadar karena sewaktu–waktu unsur–unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari–hari.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya. Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan. kebalikan dari nomor 5, ini berarti manusia mengungkapkan kepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan. Tidak selalu manusia yang lain juga melainkan benda, atau makhluk hidup lain pun bisa berada pada lingkaran ini. Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal. Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.
D.  Definisi  Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic.
Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
E.  Unsur  Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi sistem norma,organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga petugas pendidikan dan organisasi kekuatan.
F.  Wujud  dan  Komponen  Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
  • Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia
Kebudayaan yang muncul dan hidup karena adanya gagasan – gagasan baru, konsep yang matang serta buah dari pikiran yang kreatif. Wujudnya dapat ditemukan dalam sebuah buku – buku, arsip dan sebagainya.

  • Kompleks aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia sehari – hari umumnya dilakukan dengan menggunakan benda sebagai sarana dan prasarana. Dari situ lahir kebudayaan dalam bentuk fisik yang konkret, bisa bergerak maupun tidak.
G. Manusia  Indonesia  dan  Kebudayaan
Manusia Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini mengalami berbagai rintangan dan halangan untuk menerima serbuan kebudayaan asing yang masuk lewat Globalisasi (perluasan cara-cara sosial melalui antar benua). Dalam hal ini teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonedia turut merobah cara kebudayaan Indonesia tersebut, baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke Barat-baratan (westernisasi), yang menyebabkan terkendala dalam memajukan kebudayaannya sendiri.

Kamis, 14 Januari 2016

Tugas ISD


12. prasangka, diskriminasi, integrasi


                                                                           BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap ada masalah pasti ada sikap untuk memecahkanya. Itulah kata-kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Tetapi kadang kita tidak mengetahu apa sebenarnya sikap itu, dan bagai mana kita mengambil sikap dalam setiap permasalahan. Begitu juga dengan prasangka. Kadang kita kurang memahami apa yang di maksud dari prasangka itu sendiri. Bahkan kita mengartikan prasangka itu identik dengan hal-hal yang negativ atau hal jelek saja, padahal sebenarnya tidak demikian. Maka dari itu dalam makalah ini kami mau mencoba membahas tentang sikap dan prasangka, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pembentukan sikap dan prasangka?
2.      Apa itu pengertian prasangka, diskriminasi, dan integrasi dalam masyarakat?
3.      Apa saja hal hal yang bisa mempengaruhi perubahan sikap?
4.      Apa saja sebab-sebab terjadinya prasangka?
5.      Bagaimana cara mengurangi dan mengatasi prasangka?
6.      Bagaimana cara menghilangkan prasangka?


BAB II
PEMBAHASAN
PRASANGKA. DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A.    Sikap dan Prasangka
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/ negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Kaena dalam sikap terdapat suatu kecenderungan berespons, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya diketahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukannya bila bertemu dengan objeknya.
1. Pembentukan sikap
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Sikap terbentuk karena beberapa hal diantaranya adalah;
a.        Terbentuk karena factor genetic
Terbentuknya sikap antara individu yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda, ini di sebabkan karena factor genetic dan pola hidup yang berbeda-beda pula.
b.      Terbentuk karena adanya pengelaman.
Kerena sikap yang berasal dari pengalaman sehingga sikap di upayakan dengan cara pendidikan , pelatihan, dan sebagainya.
c.      Terbentuknya karena norma-norma yang telah di hayati sebelumnya.
d.   Terbentuknya karena meniru sikap di pihak lain yang pernah di ketahuinya.
e.   Karena adanya interaksi dengan obyek tertentu baik interaksi dalam kelompok maupum dari luar.
2. Fungsi sikap
a. Fungsi instrumental
Dikatakan demikian karena sikap yang kita pegang mempunyai alas an untuk mendapatkan suatu manfaat yang semata-mata mengekspresikan keinginan kita untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengspresikan atas mencerminkan konsep diri kita terhadap suatu obyek tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagai harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian social
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu komunitas tertentu.
3. Pembentukan Prasangka
Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Selain itu hal yang dapat mempengarui terbentuknya prasangka pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasaangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di temukan pada masarakat heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang ber sumber dari perbedaan ras dapat di temukan dalam masyarakat yang multirasial seperti amerika dan negara-negara eropa lainya.
b. Perbedaan idiologi
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi yang kuat terhadap idiologi lain yang menjadi lawanya.
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis.
Contohnya:prasangka terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di amerika serikat. Yang berkar dari sejarah pebudakan orang-orang negro pada 300san tahun yang lalu. Walupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap saja orang-orang berkulit putih menganggap orangt negro sebagai manusua pemalas,bvodoh dll.
d. Kesenjangan social kelompok mayoritas tehadap kelompok minoritas.
4.      Hal hal yang mempengaruhi perubahan sikap
1. Karateristik sistem sikap
a. Sikap extreme
Yaitu sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan yag kongruen maupun yang inkongruen. Perubahan kongruen adalah perubahan yang searah yakni bertambahnya drajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula. Sedangkan perubahan inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang berlawanan. Yang semula positif menjadi negative dan sebagainya.
b. Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen tetapi sulit diubah secara inkongruen atau sebaliknya
c. Konsistensi
Yaitu sikap yang stabil karena adanya komponen yang saling mendukung. Sikap ini mudah dirubah secara kongruen, sedangkan sikap yang tidak stabil lebih mudah diubah secara inkongruen.
d. Interconnectedness
Yaitu keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang saling berhubungan. Contohnya ketaaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya dikaitkan dengan kencintaan yang begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah meninggal karena agama yang sama. Sikap ini sulit diubah scara inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian. Adapun aspek aspek kepribadian tersebut adalah:
a. Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu informasi sangat mempengaruhi sikapnya.
b. General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh social tanpa memandang komunikatornya, topic, media, dan komunikasinya.
c. Self defensiveness
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikapnya demi mempertahankan hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok terhadap dirinya. Seseorang yang telah memegang teguh norma kelompoknya akan sulit diubah sikapnya secara inkongkruen tetapi lebih mudah dirubah secara kongruen dengan cara diberi arahan dan pengetahuan atau pengalaman oleh kelompoknya
5.      Komponen Sikap
a.       Komponen kognitif: proses evaluatif (membandingkan, menganalisis,mendayagunakan pengetahuan yang ada untuk memberikan sesuaturangsang) perubahan pada ranah ini akan mempengeruhi sikap
b.      Komponen Afektif: perasaan senang, tidak senang dan perasaanemosional lain sebagai akibat dari proses evaluatif yang dilakukan
c.       Komponen Perilaku: sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untukberpoila perilaku tertentu (disonansi sikap: ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya
B.    Kategorisasi dan Stereotipe
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual. Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa halus-pembawaan
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya stereotip antara lain:
1.      Sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai homogen.
2.      Stereotip tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita.
Stereotip dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik. Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri. Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.
C.    Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang karena kurangnya pengetahuan, pengertian, dan fakta kehidupan yang menunjukkan pada sikap ketidakadilan.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
D.    Sebab-sebab Terjadinya Prasangka
Prasangka merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan sosial. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan individu lain. Akan tetapi prasangka tidak semata-mata dimunculkan oleh faktor sosial. Faktor kepribadian turut berperan dalam menciptakan apakah seseorang mudah berprasangka atau tidak. Walaupun faktor sosial sangat menunjang untuk menciptakan prasangka, belum tentu seseorang akan berprasangka karena masih tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki, apakah ia memiliki tipe kepribadian berkecenderungan berprasangka atau tidak. Lalu manakah yang lebih penting faktor sosial atau faktor kepribadian dalam menciptakan prasangka? Jawabannya bisa keduanya sama penting atau bisa salah satu lebih penting. Apabila tekanan dalam melihat prasangka adalah konteks sosialnya, tentu saja faktor sosial merupakan faktor terpenting. Sedangkan bila konteks individu yang ditekankan, maka faktor individual bisa jadi dinilai lebih penting.
Ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka, yaitu sebagai berikut.
a.       Pendekatan Historis
Didasarkan atas teori Pertentangan Kelas yaitu menyalahkan kelas rendah yang imperior, dimana mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah).
b.      Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Meliputi mobilitas sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi.
c.       Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan kepada faktor kepriadian sebagai penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
d.      Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan bagaimana individu memandang/mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
e.       Pendekatan Naïve
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
E.     Mengatasi dan Mengurangi Prasangka
Usaha untuk mengatasi dan mengurangi prasangka yaitu sebagai berikut:
1.      Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2.      Melalui pendidikan anak
3.      Mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka
4.      Permainan peran
5.      Perluasan kesempatan belajar
6.      Sikap terbuka dan sikap lapang
7.      Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
8.      Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda:
i)           contact hypothesispandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu.
ii)         extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
9.      Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
10.  Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
11.  Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.
F.     Prasangka dan Integrasi Masyarakat
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
Bentuk-bentuk  akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, meliputi empat dasar sistem, yaitu:
a.       Sistem budaya, seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1994
b.      Sistem sosial, seperti kolektif-kolektif sosial dalam segala bidang
c.       Sistem kepribadian, terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesian
d.      Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-  sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam masyarakat senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
            Sehingga definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan.

            Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
            Integrasi sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik turut menjadi penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal ini dikarenakan norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana orang harus bertingkah laku.

            Namun demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan pengorbananm, baik pengorbanan perasaan, maupun pengrobanan materil. Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam masyarakat tersebut.  Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku dalam masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana bersosialisasi dalam masyarakat.

            Adapun faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
-Faktor interna
l: kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong royong.
-Faktor eksternal: tuntutan perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan, sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar

BAB III
KESIMPULAN
Prasangka merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan pandangan) untuk berespon (positif/negatif) terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Seorang individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi propaganda.
Sikap merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Terbentuknya prasangka itu sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya, menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.  
Stereotipe adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
PRASANGKA, DISKRIMINASI, dan INTEGRASI MASYARAKAT Ø Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PRASANGKA, DISKRIMINASI, dan INTEGRASI MASYARAKAT Ø Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PRASANGKA, DISKRIMINASI, dan INTEGRASI MASYARAKAT Ø Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PRASANGKA, DISKRIMINASI, dan INTEGRASI MASYARAKAT Ø Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PRASANGKA, DISKRIMINASI, dan INTEGRASI MASYARAKAT Ø Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu