Pilkada Serempak 2017
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam
sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial,
senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar,
seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga
mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang
lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota
masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan
aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan
praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar
informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika
seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik
tertentu.
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan
ciri-ciri yang lebih khas. Istilah
budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan proses pembuatan kebijakan pemerintah,
kegiatan partai-partai politik, perilaku
aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas.
Dengan demikian, budaya politik langsung
mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber
masyarakat.
Dengan mengetahui isu politik
yang ada di Indonesia, sebagai masyarakat yang aktif diharapkan ikut menanggapi
bahkan andil dalam penyelesaian permasalahan politik yang ada.
Liputan6.com,
Jakarta - Sejumlah nama tenar mulai bermunculan dan mendeklarasikan diri maju
dalam gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017. Sosok Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
menjadi 1 dari sekian nama yang santer akan maju dalam pilkada DKI nantinya.
Bagaimana popularitasnya?
Hasil
beberapa lembaga survei mengenai Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dihimpun
Liputan6.com, pada Senin (29/2/2016) menunjukkan, popularitas pria yang kerap
disapa Emil ini berada di bawah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama. Gubernur DKI yang kerap disapa Ahok ini memiliki popularitas tinggi
dibanding nama-nama yang mulai berseliweran.
Berdasarkan
survei Centre Strategic and Internasional Studies (CSIS), tingkat popularitas
Ahok melampaui nama populer lain yang disebut-sebut akan maju dalam Pilkada DKI
2017.
"Dari
tingkat popularitas, nama Basuki Tjahaja Purnama masih belum bisa tersaingi,
Ahok tingkat popularitasnya ada pada angka 94 persen," ujar Peneliti CSIS,
Arya Fernandes, saat menyampaikan hasil survei mengenai Survei Pra Pilkada DKI
Jakarta 'Calon Independen vis a vis calon Partai' di Kantor CSIS, Jalan Tanah
Abang III, Jakarta, Senin 25 Januari 2016.
Di
bawah nama Ahok, menurut Arya, ada nama Tantowi Yahya yang tingkat
popularitasnya mencapai 81 persen dan dilanjutkan dengan Wali Kota Bandung
Ridwan Kamil pada posisi 71,25 persen.
"Walaupun
dalam survei tingkat elektabilitas Ahok 45 persen, sedangkan Ridwan Kamil hanya
kisaran 15 persen, namun ada kecenderungan orang yang tidak puas dengan kinerja
pemerintahan (Ahok) akan memilih Ridwan Kamil," ujar Arya di Kantor CSIS,
Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin 25 Januari 2016.
Survei
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga menunjukkan, Ahok unggul jauh
dari para bakal calon pesaingnya. Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di
Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu 14 Oktober 2015 membeberkan, Ahok lebih
populer ketimbang calon lawan-lawannya.
Dalam
survei ini, mayoritas responden mendukung Ahok kembali memimpin DKI Jakarta.
Ahok mendapat dukungan sebesar 23,5 persen, sedangkan Ridwan Kamil 3 persen,
dan Fauzi Bowo atau Foke 2,1 persen.
Emil
Paling Disuka
Walaupun
popularitasnya di bawah Ahok, Emil menjadi salah satu bakal calon gubernur yang
paling disukai. Hasil survei Cyrus Network mengenai pilkada DKI Jakarta,
Ridwan Kamil menjadi paling paling disukai untuk menjadi pimpinan Ibu Kota.
Popularitasnya melebihi Gubernur DKI Jakarta saat ini, Ahok.
"Untuk
yang paling disukai Ridwan Kamil 72 persen, Tri Rismaharini 71 persen, baru
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama 67,2 persen," ucap Managing Director Cyrus
Network Eko David di Jakarta, Rabu 11 November 2015.
Menurut
dia, popularitas Emil dan Risma juga meningkat. Jika sebelumnya, popularitas
mereka di Jakarta hanya 73 persen dan 74 persen maka dalam survei terakhir 2
nama ini memperoleh popularitas 81 persen dan 80 persen.
Survei
Cyrus Network juga memunculkan Emil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
berpotensi menjadi saingan terberat Ahok jika maju sebagai incumbent dalam
Pilkada DKI 2017.
Direktur
Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi pada Kamis 7 Mei 2015 melihat, ada upaya
serius yang dibungkus rapi dengan sangat elegan untuk menarik perhatian publik.
Dugaan awal terlihat pada momen Konferensi Asia-Afrika (KAA) beberapa waktu
lalu di Jakarta dan Bandung.
Cyrus
Network menanyakan kepada responden tanpa memberikan pilihan nama maupun
foto/gambar tokoh. Hasilnya ada 3 nama yang mempunyai penilaian tertinggi,
yakni Ahok sebesar 96,6% disusul Risma 74,5% dan Emil 73%. Sementara sejumlah
tokoh nasional lainnya seperti Menteri Susi, Prabowo Subianto, Wagub Djarot,
Haji Lulung, Fauzi Bowo, dan lainnya tingkat popularitasnya masih di bawah 50%.
Sementara
tingkat kesukaan kesukaan terhadap ketiganya hampir seimbang. Ahok mendapat
poin 62%, sedangkan Emil 62,7% dan Risma 65,6%.
Jakarta
(ANTARA News) - Hasil survei terbari dari Sinergi Data
Indonesia (SDI) menyebutkan, tingkat dukungan publik (elektabilitas) bakal
calon gubernur (cagub) DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menduduki urutan
pertama dianatara 10 kandidat lain dengan perolehen suara responden 41,0
persen.
Direktur
eksekutif SDI Barkah Patimahu didampingi pengamat politik dari IPPI Agung
Suprio mengemukakan hal tersebut kepada pers di Jakarta, Minggu dalam diskusi
tentang "Calon Independen vs Parpol" pada Pilgub DKI Februari
2017.
Barkah
menjelaskan, elektabilitas cagub DKI berdasarkan survei SDI pada 1-12 Februari
2016, menggunakan metodologi "Multistage Random Sampling" berupa
penyebaran kuesioner dan wawancara tatap muka, dengan jumlah responden 500
orang se-DKI, serta tingkat kesalahan 4,47 persen.
Selanjutnya
urutan kedua dan seterusnya Ridwan Kamisl (12,4 persen), Tri Rismaharini (5,8
persen), Rano Karno (5,2 persen), Hidayat Nur Wahid (3,6 persen), Adhyaksa
Dault (3,4 persen), Tantowi Yahya (2,8 persen), Djarot Saiful Hidayat (2,0
persen), Sandiaga Uno (1,8 persen), Anis Matta (0,8 persen) dan rahasia/tidak
tahun 21,2 persen.
Barkah
mengatakan, beberapa alasan tingkat elektabilitas Ahok tinggi, yaitu pertama
tingkat popularitas paling tinggi yaitu mencapai 97,2 persen, kedua tingkat
kesuksesan dalam pembangunan DKI 74,2 persen, ketiga dalam pelaksanaan
pemerintaan juga dinilai baik mencapai 72,20 persen dan keempat unsur
kepribadian Ahok dilihat dari ketegasan dan kejujuran tinggi mencapai 81,0
persen.
Barkah
memprediksi, akan ada dua skenario bakal calon gubernur DKI pada pilkada Februari
2017, pertama calon perseorangan (independen) dengan calon dari koalisi
gabungan parpol dipimpin PDIP dengan kandidat antara lain Tri Rismaharini
(walikota Surabaya), Ganjar Pranowo (gubernur Jateng) dan Sandiaga Uno
(pengusaha).
Skenerio
kedua, yaitu ada tiga cagub DKI, yaitu calon perseorangan (independen), calon
yang diusung koalisi pimpinan PDIP, calon yang diusung oleh koalisi pimpinan
Gerindra.
Sementara
itu, pengamat politik dari Indonesia Public Policy Institute (IPPI) Agung
Suprio menambahkan, jika PDIP dan Gerindra mampu berkoalisi diperkirakan akan
mampu mengalahkan calon petahana pada Pilgub DKI, dengan syarat calon tersebut
mampu menampilkan visi dan misi dengan program yang bagus kepada masyarakat di
DKI, seperti meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin, mengatasi kemacetan,
banjir dan infrastruktur jalan.
Pengertian
tentang Polling
Pemilu
Menurut Para Ahli
1. Menurut
(Ramlan, 1992:181) Pemilu diartikan sebagai “ mekanisme penyeleksian dan
pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang
dipercayai.
2. Menurut
Harris G. Warren dan kawan-kawan, pemilu merupakan: “Elections are the
accostions when citizens choose their officials and cecide, what they want the
government to do. ng these decisions citizens determine what rights they want
to have and keep.”
3. Menurut
Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya, pemilu adalah
sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya sesuai dengan
azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya
adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat
dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan
pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.
4. Menurut
Suryo Untoro “Bahwa Pemilihan Umum (yang selanjutnya disingkat Pemilu) adalah
suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak
pilih, untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat,
yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I
dan Tingkat II (DPRD I dan DPRD II)
Pemilu Adalah pemilihan umum.Menurut UU No.8 tahun
2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam pasal 1 angka 1 disebutkan
pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahassia,
jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian dalam
undang – undang ini juga sama persis dengan UU.No. 15 tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemilu.
Dari pasal 1 UU.No.8 tahun 2012 dengan UU.No.15 tahun
2011 terlihat bahwa Pemilu ditujukan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD ) baik provinsi dan kabupaten / kota (berdasar angka 2 Pasal 1 UU.No.8
tahun 2012 dan UU.No.15 tahun 2011).Selain memilih anggota legislatif seperti
yang telah dipaparkan diatas, Pemilu juga untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden .Berkenaan dengan hal tersebut maka diatur dalam UU.No.42 tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Bila kita amati pengaturan mengenai Pemilu tidak hanya
diatur dalam satu undang – undang saja, sehingga muncullah pemikiran sebenrnya
apakah hakikat dari pemilu sampai diatur dalam beberapa kebijakan ?
Didepan telah disinggung pengertian Pemilu sebagai
sarana kedaulatan rakyat. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi atau mutlak.
Bila digabung dengan kata rakyat maka kedaulatan tertinggi berada di tangan
rakyat. Rakyat memiliki hak untuk menentukan roda pemerintahan melalui suaranya
dalam Pemilu.Berdasar UU.No.8 tahun 2012 dan UU.No.15 tahun 2011 Pemilu tidak
hanya ditujukan untuk memilih badan legeslatif saja tetapi untuk memilih
esekutif juga.Kedua lembaga tersebut merupakan 2 dari beberapa
lembaga tinggi yang ada di Indonesai. Dengan demikian jelaslah bahwa masa depan
Indonesia berada di tangan rakyat sendiri karena lembaga – lembaga tinggi
tersebut dipilih oleh rakyat. Sehingga muncullah konsep bahwa pemerintahan dari
oleh dan untuk rakyat.Karena sesungguhnya orang – orang yang duduk dalam
lembaga tinggi tersebut juga berasal dari rakyat. Hal ini tentu juga sesuai
dengan konsep negara demokratis.
Karena Pemilu menentuka masa depan suatu bangsa maka
dalam pelaksanaanya juga terdapat asas – asas yang memuat prinsip pemilu. Asas
ini meliputi langsung, umum, bebas, rahasia jujur, dan adil (terdapat dalam
pasal 2 UU .No.8 tahun 2012 dan UU.No.15 tahun 2011). Meski dasar – dasar
pelaksanna Pemilu terdapat dama undang – undang namun dalam prakteknya masih
banyak terjadi penyimpangan, misalnya suap bagi para calon pemilih.
Analasis yang dapat saya sampaikan siapapun orang yang
akan kita pilih sebagai gubernur pun harus tetep kita hormati dan percaya akan
kinerja dan potensi untuk membangun Jakarta atau Indonesia lebih baik.
Poling dari masyarakat yang paling berpengaruh dengan
ada nya pemilihan gubernur sendiri, dengan adanya pemilihan pun masyarakat
dapat memilih sesuai keinginannnya dengan cara melihat dari sisi baiknya atau
kinerja terdahulunya. Memilih pun harus dengan teliti dan bijaksana bukan
karena hal mengikuti orang lain, tetapi percaya akan hal membangun Jakarta
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://hatinuranisanubari.blogspot.co.id/2016/04/pilkada-serempak-2017.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar